Stratigrafi Cekungan Asri merupakan bagian dari Cekungan Laut Jawa Barat. Urutan stratigrafi Cekungan Asri dari umur tertua sampai termuda menurut Pertamina BPPKA, 1996 adalah sebagai berikut :
1. Batuan Dasar / Basement
Batuan dasar dari Cekungan Laut Jawa Barat tersusun dari batuan Pra-Tersier yang terdiri dari batuan beku berkomposisi asam (granite/granodiorite) dan batuan metamorf berderajat rendah (low grade) berupa sekis, marmer dan kuarsit.
2. Formasi Banuwati
Formasi Banuwati terbentuk pada Kala Eosen sampai Oligosen Awal. Fasies pertama yang diendapakan pada formasi ini adalah alluvial fan fanglomerat yang terdiri dari konglomerat, batupasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault. Fasies ini ditemukan di bagian timur
Fasies kedua yang diendapkan pada formasi ini adalah fasies batupasir fluviatile dan serpih yang onlap pada fasies alluvial fan. Fasies ini diinterpretasikan sebagai endapan braided alluvial plain pada bagian barat cekungan.
Fasies ketiga yang diendapkan pada formasi ini adalah fasies lacustrine transgresif dalam, yang tersusun atas serpih hitam yang menutupi seluruh area di Cekungan Asri dan Sunda. Serpih ini berwarna hitam, yang menunjukkan kondisi pengendapan yang anoxic. Kombinasi antara lingkungan yang anoxic dan besar butir yang halus dari serpih menyebabkan material organik dapat terawetkan dengan baik sehingga fasies ini menjadi source rock yang sangat baik di Cekungan Asri.
3. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar dibagi menjadi dua anggota, yaitu :
a. Anggota Zelda
Anggota Zelda diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Banuwati. Anggota yang diendapkan pada Kala Oligosen Tengah sampai Oligosen Akhir ini secara umum tersusun atas sedimen non marine,yaitu batupasir interbeded fluviatile, mudstone yang tebal, batulanau, dan lapisan batubara tipis. Litologi yang dominan adalah kuarsa arenit yang berbutir kasar sampai konglomerat yang diendapkan pada braided stream, multistory channel dan point bar system dan shallow lacustrine.
b. Anggota Gita
Anggota Gita diendapkan selaras di atas Anggota Zelda. Anggota ini tersusun atas batupasir interbedded, mudstone, serpih, batubara, perselingan batupasir dan batulanau, perselingan batulanau dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Sedimen ini diendapkan menerus hampir di seluruh cekungan. Anggota ini berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal dan diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic.
4. Formasi Baturaja
Pada awal Miosen terjadi transgresi yang menenggelamkan lower delta plain dan membentuk endapan batugamping neritik tengah laut yaitu Formasi Baturaja. Formasi Baturaja diendapkan selaras di atas Formasi Talang Akar. Formasi Baturaja ini tersusun atas batupasir laut dangkal, mudstone dan secara local dijumpai batugamping yang berkembang baik.
5. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan selaras di atas Formasi Baturaja. Formasi ini dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu yang terbentuk pada saat terjadinya kenaikan maksimum dari relative sea level. Ketebalan maksimum formasi ini adalah 152.4 meter.
6. Formasi Air Benakat
Berkurangnnya kedalaman air pada Kala Miosen menghasilkan endapan tebal batupasir glaukonit yang termasuk dalam Formasi Air Benakat. Formasi ini tersusun atas serpih, batugamping, dan batupasir dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.
7. Formasi Cisubuh
Formasi ini terdiri dari lempung marine, lapisan tipis batupasir dan siltstone yang terbentuk pada Miosen Akhir sampai Pliosen.dalam yang memanjang dimana diendapkan serpih Banuwati didalamnya. Pada proses selanjutnya, sesar di sebalah timur cekungan lebih dominan dibandingkan sesar disebelah barat cekungan yang menyebabkan ekstensi terjadi secara cepat dan sudut yang tinggi (high angel). Hal ini merubah cekungan dari graben simetris menjadi half-graben style.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar