Sabtu, 14 Juli 2012

Tektonik Regional Cekungan Kutai



Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan berumur Tersier yang paling ekonomis di Indonesia. memiliki luas kurang lebih 60.000 km2 yang terisi oleh batuan sedimen tersier dengan ketebalan hingga 14 km pada bagian yang paling tebal. Cekungan ini merupakan cekungan yang paling luas dan paling dalam di Indonesia bagian Barat yang memiliki cadangan minyak, batubara, dan gas yang besar (Allen dan chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).
Cekungan Kutai terletak di bagian Timur dari paparan Sundaland, yang merupakan perluasan lempeng kontinen Eurasia ke arah Tenggara. Cekungan Kutai di bagian Utara dibatasi oleh kelurusan Bengalong dan Zona Patahan Sangkulirang, di bagian Selatan dibatasi oleh Sesar Adang, di bagian Barat dibatasi oleh Punggungan Kalimantan bagian tengah, dan di sebelah Timur dibatasi oleh Selat Makasar.
Cekungan Kutai dihasilkan oleh proses pemekaran (rift basin) yang terjadi pada Eosen Tengah yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian Utara dan Laut Sulawesi (Chambers & Moss, 2000 dalam Rienno Ismail, 2008). Selama Kapur Tengah sampai Eosen Awal, pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi dengan mikro-kontinen, busur kepulauan, penjebakan lempeng oceanic dan intrusi granit, membentuk batuan dasar yang menjadi dasar dari Cekungan Kutai. Sedimentasi di Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua yaitu, sedimen Paleogen yang secara umum bersifat transgresif dan fasa sedimentasi Neogen yang secara umum bersifat regresif (Allen dan Chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).
Fasa sedimentasi Paleogen dimulai ketika terjadi fasa tektonik ekstensional dan pengisian riftada kala Eosen. Pada masa ini, Selat Makasar mulai mengalami pemekaran serta Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona subsidence yang saling terhubungkan, kemudian sedimentasi Paleogen mencapai puncak pada fasa pengisian di saat cekungan tidak mengalami pergerakan yang signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut dalam secara regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir. Fasa sedimentasi Neogen dimulai pada Miosen Bawah dan masih berlanjut terus sampai sekarang, meghasilkan endapan delta yang berprogradasi dan terlampar di atas endapan fasa sedimentasi Paleogen.
Selama Eosen Akhir, sejumlah half graben terbentuk sebagai respon dari terjadinya fasa ekstensi regional. Fasa ini terlihat juga di tempat lain, yaitu berupa pembentukan laut dan Selat Makasar. Half graben ini terisi dengan cepat oleh endapan syn-rift pada Eosen Tengah-Eosen Akhir dengan variasi dari beberapa fasies litologi.
Pada Eosen Akhir, cekungan mengalami pendalaman sehingga terbentuk suatu kondisi marin dan diendapkan endapan transgresi yang dicirikan oleh serpih laut dalam.
Material yang diendapkan berupa endapan turbidit kipas laut dalam dan batuan karbonat pada bagian yang dekat dengan batas cekungan, hal ini berlangsung terus hingga Miosen Awal (Allen dan Chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).
Tektonik inversi terjadi pada Miosen Awal, menyebabkan pengangkatan pada pusat cekungan yang terbentuk selama Eosen dan Oligosen, sehingga cekungan mengalami pendangkalan. Erosi terhadap batuan sedimen Paleogen dan batuan volkanik andesitik menghasilkan luapan sedimen, sehingga terjadi progradasi delta dari Barat ke Timur. Di daerah sekitar Samarinda, ketebalan endapan Miosen Awal dapat mencapai 3500 m.
Inversi berlanjut dan mempengaruhi cekungan selama Miosen Tengah dan Pliosen. Seiring berjalannya waktu, inversi semakin mempengaruhi daerah yang terletak lebih ke arah Timur, sehingga mempercepat proses progradasi delta.


Tidak ada komentar: