Senin, 11 Mei 2009

geologi regional gunung kidul

GEOLOGI REGIONAL
GUNUNG KIDUL DAN PARANGTRITIS

I. Geomorfologi Regional
Daerah Yogyakarta merupakan rangkaian pegunungan selatan, yaitu pegunungan yang terletak pada bagian selatan Jawa tengah, mulai dari bagian tenggara dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memanjang ke arah timur sepanjang pantai selatan Jawa Timur.
















Gambar 4 Peta fisiografis daerah Jawa Tengah
(Van Bemmelen, 1970 dengan modifikasi)

Secara morfologis daerah pegunungan selatan merupakan pegunungan yang dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi utama, yaitu:


I.1 Satuan morfologi perbukitan berelief sedang sampai curam
Satuan ini dimulai dari daerah sekitar Imogiri di bagian barat, memanjang ke utara hingga Prambanan, membelok ke timur (Pegunungan Baturagung) dan terus ke arah timur melewati Perbukitan Panggung, Plopoh, Kambangan hingga di kawasan yang terpotong oleh jalan raya antara Pacitan – Slahung. Litologi yang terdapat di satuan morfologi ini adalah batupasir dan breksi vulkanik dan batuan beku dari Formasi Semilir, Nglanggran atau Wuni dan Besole.

I.2 Satuan Dataran tinggi
Daerah ini meliputi daerah Gading, Wonosari, Playen hingga Semanu. Daerah ini rata – rata memiliki ketinggian 200 m di atas muka laut, dengan topografi yang hampir datar dan pada umumnya memiliki litologi batugamping.

I.3. Satuan perbukitan kerucut
Daerah ini meliputi daerah sebelah timur Parangtritis memanjang ke timur melewati daerah Baron, terus ke arah timur melewati Punung hingga ke daerah Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit – bukit kecil berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping, baik batugamping terumbu maupun batugamping klastik yang lain.

II. Stratigrafi Regional
Stratigrafi daerah pegunungan selatan bagian barat laut secara umum tersusun oleh batuan yang hampir seluruhnya terbentuk oleh pengendapan gaya berat (gravity depositional processes), yang mencirikan arah perlapisan yang khas dari pegunungan selatan, yaitu mempunyai kemiringan ke arah selatan. Sedangkan stratigrai regional mulai dari tua ke muda adalah sebagai berikut:



II.1 Formasi Kepek – Wonosari
Pada formasi Wonosari terdiri dari litologi berupa batugamping, batugamping napalan – tufan, batugamping konglomerat, batupasir tufaan dan batulanau.
Kemudian diatasnya terendapkan secara tidak selaras Formasi Kepek dengan litologi berupa napal dan batugamping berlapis. Umur pengendapan pada kala miosen tengah – miosen akhir.

II.2 Formasi Oyo
Formasi ini terdiri dari litologi napal tufaan, tuf andesitan, dan batugamping konglomeratan. Umur pengendapan pada kala miosen tengah. Formasi ini terendapakan secara tak selaras diatas Formasi Sambipitu

II.3 Formasi Sambipitu
Formasi Sambipitu tersusun oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung. Di bagian bawah batupasir masih menunjukkan sifat volkanik sedang ke arah atas yang berubah menjadi batupasir yang bersifat gampingan. Fomasi ini berumur antara miosen awal – miosen tengah dengan ketebalan sekitar 150 meter.

II.4 Formasi Nglanggran
Formasi ini dicirikan oleh penyusun utama terdiri dari breksi dengan penyusun material vulkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan memiliki ketebalan cukup besar. Breksi hampir seluruhnya tersusun oleh bongkahan –bongkahan lava andesit dan juga bom andesit.
Umur formasi ditafsirkan sebagai hasil pengendapan aliran rombakan yang berasal dari gunung api bawah laut, dalam lingkungan laut yang dalam dan proses pengendapan berjalan cepat, yaitu selama awal Miosen. Formasi ini berumur miosen tengah bagian bawah dengan ketebalan lapisan kira-kira 750 meter (Van bammelen, 1949).
II.5 Formasi Semilir
Litologi dari Formasi ini umumnya terdiri dari batupasir tufaan, batu lanau dan batulempung. Pada beberapa bagian terdapat pula batupasir tufan konglomeratan, yang sebagian besar fragmennya berupa pumis. Formasi ini terbentuk pada kala Miosen awal bagian tengah pengendapan.

II.6 Formasi Kebobutak
Litologi dari formasi ini terdiri bagian atas yang terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan lapisan tipis tuf asam dan bagian bawah terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf, dan agglomerat. Formasi ini terbentuk pada kala Miosen awal bagian awal pengendapan.

III. Struktur Geologi
Pola struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan sebagian besar berkaitan dengan gejala-gejala tektonik yang pernah berlangsung pada “Java Trench” dan pembentukan sistem pegunungan di selatan jawa. Bentuk struktur yang terdapat didaerah penyelidikan dan sekitarnya selain diperkuat
oleh kenampakan permukaan juga di dukung oleh karakteristik anomali geofisika (geomagnet, gayaberat dan head-on). Struktur yang ada didaerah penyelidikan adalah berupa Sesar, normal ( Bantul, Bambang Lipuro dan Mudal), sesar medatar ( Parangkusumo, Soka Nambangngan dan Siluk); ketidak selarasan, kekar dan Kelarasan (fracturing).
Pada umumnya orientasi sesar SE-NW berkisar antara N 275°W hingga N 310° W dan NE-SW berkisar antara N20°E hingga 50°E. Diantara sesar-sesar tsb diatas Sesar Parangkusumo dengan arah N 300°W, menunjam 80° ke barat daya, merupakan sesar yang penting karena mengontrol pemunculan mata air panas Parangtritis. Sudut penunjam sesar menyebabkan pembukaan zona kekaran (“fracturing zones”).

Gambar 5 Lokasi Daerah Gunung Kidul



Gambar 6 Geologi Gunung Kidul (After Bemmelen, 1970)

1 komentar:

Fikri mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.