Minggu, 31 Mei 2009

geologi foto

2.1 Pengertian Penginderaan Jauh

Pengindraan jauh merupakan suatu pengambilan atau pengukuran data/informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena, objek,atau benda dengan menggunakan sebuah perekam tanpa berhubungan langsung dengan objek yang akan dikaji.
Beberapa ahli berpendapat bahwa Pengindraan jauh merupakan suatuteknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi pengindraan jarak jauh sekedar suatu teknik. Dalam perkembangannya ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu ilmu seperti yang dikemukakan oleh Everett Dan Simonett (1976): Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari suatu objek atau permukaan bumi yang akan dikaji. Ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah,perkotaan dan lain sebagainya.
Pendapat lain mengenai Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. (Lillesand & Kiefer, 1994)
Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris terjemahannya remote sensing, sedangkan di Perancis lebih dikenal dengan istilah teledetection, di Jerman disebut farnerkundung distantsionaya (Rusia), dan perception remota (Spanyol). Meskipun masih tergolong pengetahuan yang baru, pemakaian penginderaan jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan jauh itu antara lain untuk memperoleh informasi yang tepat dari seluruh Indonesia yang luas. Informasi itu dipakai untuk berbagai keperluan, seperti mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir,kebakaran hutan, dan sebaran ikan di laut. (lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1. Merupakan salah satu contoh hasil penginderaan jauh
dari satelit NOAA.

1. Citra Foto
Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut. Lihat gambar 2.2.

Gambar 2. 2. di potret/ difoto dari arah horizontal

Hasil foto secara horizontal tampak sangat berbeda (lihat gambar 2.2)
dibandingkan dengan hasil pemotretan dari atas atau udara. Lihat gambar 2.3. dibawah ini.


(a) (b)

Gambar 2.3. Perubahan dari foto udara (a) menjadi sebuah peta (b) dengan skala yang tetap.

Menurut Hornby (1974) Citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat sensor lain. Sedangkan menurut Simonett, dkk (1983) Citra adalah gambar rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, electrooptik, optik-mekanik, atau electromekanik.
Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi imagery dirasa lebih tepat penggunaannya (Sutanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut harus diinterprestasikan atau diterjemahkan/ ditafsirkan terlebih dahulu.



2.Jenis Citra
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra non foto (non-photograpyc image).
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
a. Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat disadap, tetapi untuk beberapa obyek dari foto ini mudah pengenalannya karena kontrasnya yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi; tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur.
2) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya banyak obyek yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap obyek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Baik untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.
3) Foto pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh spectrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah dan air permukaan.


4) Foto infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9 – 1,2 mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk tanaman yang sehat atau yang sakit.
5) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto ini obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat dibedakan dengan air.
3. Wahana
Kendaraan yang membawa alat pemantau dinamakan wahana. Berdasarkan ketinggian peredaran wahana, tempat pemantauan atau pemotretan dari angkasa ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft),
dengan ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan
bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra foto (foto udara).
b. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar
18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah foto udara
dan Multispectral Scanner Data.
c. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan
bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.




2.2 Sistem Penginderaan Jauh
Untuk memudahkan Anda memahami tentang pengertian umum system penginderaan jauh maka sistem penginderaan jauh beserta komponen komponennya disajikan secara skematik pada gambar 2.4. yang ada dibawah ini.

Gambar 2.4. Sistem Penginderaan Jauh

Gambar 2.5. Skema umum sistim penginderaan jauh
Komponen dan interaksi antar komponen dalam sistem penginderaan jauh dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
1. Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa data tentang obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 cara dengan variasi sebagai berikut:
a. Distribusi daya (force)
Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya
tarik bumi.
b. Distribusi gelombang bunyi
Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara
dalam air.
c. Distribusi gelombang electromagnetik
Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan
pantulan sinar.
2.3 Pemotretan udara
Pemotretan udara pada umumnya menggunakan kamera dan film, dan
menghasilkan potret (data analog). Secara garis besar, pemotretan udara dan hasil ikutannya dalam bentuk peta merupakan bidang kegiatan ilmu geodesi yang dikenal dengan bidang fotogrametri. Bidang ini meliputi : (1). Perencanaan pemotretan yang meliputi pemilihan kamera udara, disain pemotretan, pemilihan film dan cara pemotretan. (2). Pemrosesan laboratorium, meliputi pencetakan, penyusunan, pengarsipan potret. (3). Pengolahan dan pemanfaatan seperti penggabungan potret (mosaik), pembuatan peta topografi.
Potret udara tidak seperti potret terestris biasa tetapi harus memenuhi
persyaratan khusus dan baku, antara lain : (1). Dibuat dalam bentuk potret tegak (vertikal). Dalam hal tertentu pemotretan kadang dibuat dalam posisi miring (oblique) yang menghasilkan gambar seperti dapat dilihat pada gambar 2.6. Namun demikian pada umumnya potret udara dibuat dalam bentuk potret tegak (vertikal)

Gambar 2.6. Jenis potret udara tegak dan miring (oblique)


(2). Dibuat dengan sistim tumpang tindih (overlap) antara satu potret dengan potret berikutnya. Cara demikian dilakukan untuk mendapatkan kenampakan 3 dimensi dan untuk keperluan pembuatan peta topografi. Tumpang tindih ke arah samping juga dibuat dalam jarak lebih pendek, sehingga seluruh daerah yang dipotret tidak ada yang terlewat. Gambar 5 memperlihatkan bentuk pemotretan yang biasa dilakukan.
















Gambar 2.7. Pelaksanaan pemotretan udara

Kamera udara dapat berupa kamera tunggal atau majemuk, pada umumnya diletakkan di perut pesawat, di masa lalu diletakkan di luar badan pesawat seperti pada gambar 6. Untuk mendapatkan potret yang sesuai dengan keperluan dasar pemotretaan dipertahankan pada posisi mendatar serta diatur selang pengambilannya secara tetap.


Gambar 2.8. Kamera udara dalam pesawat terbang

Pemotretan udara menggunakan jenis kamera tunggal, kadang – kadang kamera ganda atau kamera majemuk dan film yang dipakai dalam pemotretan pada umumnya dari jenis pankromatik hitam putih dan warna, inframerah hitam putih dan warna, namun umumnya adalah film pankromatik hitam putih. Beberapa bentuk potret yang dihasilkan diperlihatkan pada gambar 7 di bawah ini.

Gambar 2.9. Produk potret udara yang dihasilkan

2.4 Unsur-unsur Interpretasi Geologi dan Interprestasi Geomorfologi
Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali obyek melalui tahapan kegiatan, yaitu:
• deteksi
• identifikasi
• analisis
Setelah mengalami tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup dan sebagainya.
• Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu obyek. Misalnya obyek berupa savana.
• Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat stereoskop.
a. Unsur dasar Interprestasi Geologi
Unsur-unsur dasar interprestasi geologi tersebut meliputi :
1. Relief atau Topografi
2. Pola penyaluran
3. Bentang alam budaya
4. Tetumbuhan

1. Relief
Relief merupakan beda tingi antara puncak timbulan dan dasar lekukan, juga curam landainya lereng-lereng yang ada didaerah tersebut. Dilihat dari kenampakan foto udara dengan menggunakan stereoskop. Biasanya topografi pada batuan yang lebih keras maka akan tampak batuan yang lebih menonjol daripada batuan yang strukturnya lunak disekitarnya. Beberapa batuan yang memiliki relief tinggi antara lain konglomerat, breksi, batuan beku intrusi, batupasir dan batuan metamorf. Selanjutnya jenis batuan yang berelief rendah yaitu batulempung / clay, dan batulanau / shale.

2. Pola penyaluran
Pola penyaluran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai macam tanah, batuan induk, dan struktur geologi pada setiap daerah. Pola penyaluran ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian pola dasar dan pola termodifikasi (ubahan) yaitu :

a. Pola penyaluran, merupakan suatu kumpulan dari suatu pola pengaliran dan penyaluran, tidak mempertimbangkan permanen atau tidak.
b. Pola dasar, memilki ciri yang dapat dibedakan dengan yang lain.
c. Pola termodifikasi, pola penyaluran yang berbeda dengan tipe pola dasar pada beberapa aspek regional, tetapi masih memiliki ciri-ciri pola dasar tersebut.

3. Bentang Alam Budaya ( Land Use )
Kebudayaan dipakai untuk menafsirkan kondisi geologi suatu daerah, beberapa contoh antara lain :
a. Sawah, biasa dikelola oleh manusia didataran alivial, tanah residual atau didataran gunung api
b. Waduk atau Bendungan, dibuat orang pada batuan kedap air utuk menampung air. Digunakan sebagai irigasi dan sumber mata air
c. Hutan buatan, dibuat oleh manusia untuk mencegah adanya longsor dan gerak tanah pada lereng yang terjal, sehingga dapat mencegah ataupun mengurangi.
d. Pemukiman, biasanya berkembang pada daerah yang mengandung cukup air.


4. Tetumbuhan
Pada setiap foto udara pasti mengandung vegetasi yang dari setiap daerah itu berbeda, walaupun tidak semuanya nampak begitu jelas. Vegetasi dari setiap foto, memberikan kondisi berupa kondisi geologi suatu daerah, misalnya :

a. Tumbuhan berpola sistematik akan memperlihatkan kondisi geologi dari foto udara berupa struktur geologi.
b. Tumbuhan berpola sejajar dan melengkung akan memperlihatkan kondisi geologi dari foto udara berupa antiklin.
c. Tumbuhan yang subur akan mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak mengandung air.




b. Unsur dasar Interprestasi Geomorfologi
1. Bentuk Lahan Vulkanik
Bentang alam vulkanik merupakan suatu bentuk lahan yang didefisinikan sebagai kerak bumi yang menonjol ke permukaan lebih dari 600 meter diatas permukaan laut.Bentang alam vulkanik adalah bentuk lahan yang proses pembentukannya dikontrol oleh aktivitas vulakanisme,yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi membentuk suatu lapisan yang nantinya akan menjadi suatu material penyusun kulit bumi,serta tempat munculnya vulkanik lepas sebagai aktivitas magma di dalam bumi.Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan adanya gerak-gerak tektonik.Proses-proses yang membentuk system vulkanisme ini disebut Orogenesa. Analisa morfologi dilakukan untuk :
a. Mengenal macam-macam bentuk gunung api
b. Mengetahui hubungan antara satuan morfologi gunung api baik secara individu maupun kelompok.
c. Mengetahui jenjang keaktifan gunung api
d. Menginterprestasikan evolusi atau perkembanagan suatu gunung api.
Morfologi disekitar tubuh gunung api antaralain berbentuk :
a. Kerucut Parasiter, berbentuk kerucut vulkanik. Terjadi akibat magma yang langsung menerobos ke permukaan melalui zona lemah disekitar tubuh gunungapi pada saat terjadi aktifitas vulkanisme.
b. Hillocks, merupakan rangkaian perbukitan dari hasil endapan letusan gunung api.
Antiklinorium, merupakan rangkaian perbukitan hasil longsoran yang dijumpai pada kaki gunung api.
2. Bentuk Lahan Struktural
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).
Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam struktural adalah :
a. Pola pengaliran. Variasi pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh variasi struktur geologi dan litologi pada daerah tersebut.
b. Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan lain-lain.
c. Bentuk-bentuk bukit, lembah dll.
d. Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan.

3. Bentuk lahan Fluvial
Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan proses fluviatil. Sebelum lebih jauh membahas tentang bentang alam fluviatil lebih dahulu dibahas pengertian tentang proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam, baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. Di sini yang dominan adalah air yang mengalir secara terpadu/terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water).Tetapi alur-alur ada di lereng bukit atau gunung dan terisi air bila terjadi hujan bukan termasuk bagian dari bentang alam fluviatil, karena alur-alur tersebut berisi air sesaat setelah terjadinya hujan (ephemeral stream). Sebagaimana dengan proses geomorfik yang lain, proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.
Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat / lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak sungai.


4. Bentuk Lahan Karst
Berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat ditetapkan suatu pengertian tentang topografi karst yaitu : “Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang tidak teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar”.
5. Bentuk Lahan Eolian
Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun. Gurun pasir tropik terletak pada daerah antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai tekanan udara tinggi dengan udara sangat panas dan kering. Gurun pasir lintang rendah terdapat di tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut atau terlindung oleh gunung-gunung dari tiupan angin laut yang lembab sehingga udar yang melewati gunung dan sampai pada daerah tersebut adalah udara yang kering.

6. Bentuk lahan Denudasional
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi.
Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite ( bahan rombakan dan tanah)
2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut karena erosi dan gerakan tanah.

7. Bentuk Lahan Delta dan Pantai
Delta merupakan daerah yang penting untuk penduduk yang berfungsi untuk tempat tinggal, daerah pertanian dan perikanan. Istilah delta pertama kali digunakan oleh Herodotus (sejarawan Yunani) pada 490 SM yang melihat bahwa bentuk endapan Sungai Nil di Mesir menyerupai huruf D (atau Delta dalam bahasa Yunani).Delta berkaitan sekali dengan bencana banjir di pesisir, gelombang air laut, erosi gelombang air laut dan badai angin menuju ke laut. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya delta yaitu : iklim, debit air, produk sedimen, energi gelombang, proses pasang surut, arus pantai, kelerengan paparan dan bentuk cekunan penerima dan proses tektonik.



Gambar 2.2. Sedimen tertransport ke samudra
Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan (Thornbury, 1969). Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk morfologi pantai tersebut antara lain adalah pengaruh diatropisme, tipe batuan, stuktur geologi, pengaruh perubahan naik turunnya muka air laut, serta pengendapan sediment asal daratan / sungai, erosi daratan dan angin.
Pada daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
b. Shore Line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relative berbentuk baris dan relative merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa.

Gambar 2.3. Santa Barbara Coast


8. Bentang Alam Glasial
Gletser merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mapu bergerak karena pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami kompaksi dan rekristalisasi. Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah melewati beberapa periode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau hilang.
Ada dua tipe bentang alam glasial :
1. Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.
2. Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Gletser terbentuk di daerah kutub yang tingkat peleburannya pada musim panas sangat kecil. Gletser terbentuk oleh akumulasi es dengan faktor-faktor pendukung sebagai berikut :
1. Tingginya tingkat presipitasi
2. Suhu lingkungan yang sangat rendah
3. Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar
4. Pada musim panas tingkat peleburannya rendah
2.5 Manfaat Penginderaan Jauh
Anda tahu pada saat ini, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa alasan mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan antara lain:
1. Melalui penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan wujud dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput wilayah yang luas.

2. Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto udara memiliki kesan 3 dimensi.

Gambar 2.13. Pengamatan 3D dengan alat stereoskop

3. Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi seperti kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah.
4. Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas 132 km2 direkam dalam waktu kurang 1 detik.
5. Dapat menggambarkan atau memetakan daerah bencana alam dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa, wilayah banjir, dan sebagainya.
6. Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data atau informasi yang cepat, tepat dan akurat.
Berbagai Pemanfaatan Penginderaan Jauh dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang kelautan, hidrologi, klimatologi, lingkungan dan kedirgantaraan.

1. Manfaat di bidang kelautan (Seasat, MOSS)
• Pengamatan sifat fisis air laut.
• Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
• Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.
2. Manfaat di bidang hydrologi (Landsat, SPOT)
• Pengamatan DAS.
• Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir.
• Pemetaan pola aliran sungai.
• Studi sedimentasi sungai.
• Dan lain-lain.
3. Manfaat di bidang klimatologi (NOAA, Meteor dan GMS)
• Pengamatan iklim suatu daerah.
• Analisis cuaca.
• Pemetaan iklim dan perubahannya.
• Dan lain-lain.
4. Manfaat dalam bidang sumber daya bumi dan lingkungan (landsat, Soyuz,
SPOT)
• Pemetaan penggunaan lahan.
• Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab.
• Mendeteksi lahan kritis.
• Pemantauan distribusi sumber daya alam.
• Pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS.
• Perencanaan pembangunan wilayah.
• Dan lain-lain.
5. Manfaat di bidang angkasa luar (Ranger, Viking, Luna, Venera)
• Penelitian tentang planet-planet (Jupiter, Mars, dan lain-lain).
• Pengamatan benda-benda angkasa.
• Dan lain-lain.

Tidak ada komentar: