Rabu, 20 Mei 2009

bentang alam eolian

BENTANG ALAM EOLIAN

VI.1. Pendahuluan
Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun. Gurun pasir tropik terletak pada daerah antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai tekanan udara tinggi dengan udara sangat panas dan kering. Gurun pasir lintang rendah terdapat di tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut atau terlindung oleh gunung-gunung dari tiupan angin laut yang lembab sehingga udar yang melewati gunung dan sampai pada daerah tersebut adalah udara yang kering.

VI.2. Proses-Poses Oleh Angin
Angin meskipun bukan sebagai agen geomorfik yang sangat penting (topografi yang dibentuk oleh angin tidak banyak dijumpai), namun tetap tidak dapat diabaikan. Proses-proses yang disebabkan oleh angin meliputi erosi, transportasi dan deposisi.

1. Erosi oleh angin
Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi/korasi. Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin.

2. Transportasi oleh angin
Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi oleh air yaitu secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling).

3. Pengendapan oleh angin
Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan.

VI.3. Macam-Macam Bentang Alam Eolian
Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu bentang alam akibat proses erosi oleh angin dan bentang alam akibat prose pengendapan oleh angin.

A. Bentang alam Eolian Akibat Proses Erosi
Proses erosi oleh angin dibedakan menjadi 2, yaitu deflasi dan abrasi. Bentang alam yang disebabkan oleh proses erosi ini juga dibedakan menjadi 2 yaitu bentang alam hasil proses deflasi dan bentang alam hasil proses abrasi.

A. 1. Bentang Alam Hasil Proses Deflasi
Bentang alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 macam:
1. Cekungan Deflasi (Deflation basin)
Cekungan deflasi merupakan cekungan yang diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau material-material yang tersemen jelek. Cekungan tersebut akibat material yang ada dipindahkan oleh angin ke tempat lain. Contoh cekungan ini terdapat di Gurun Gobi yang terbentuk karena batuan telah diurai oleh adanya pelapukan. Cekungan ini mempunyai ukuran antara 300 m sampai lebih dari 45 km panjangnya dan dari 15m sampai 150 m dalamnya.


















Gambar VI.1. Cekungan Deflasi

2. Lag Gravel
Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan merupakan material yang kasar (gravel, bongkah dan fragmen yang besar), disebut lagstone. Akumulasi seperti itu dalam waktu yang lama bisa menjadi banyak dan menjadi lag gravel atau bahkan sebagai desert pavement, dimana sisa-sisa fragmennya berhubungan satu sama lain saling berdekatan.






















Gambar VI.2. Desert Pavement. Angin memindahkan material halus meninggalkan material kasar (gravel, bongkah & berangkal) membentuk lag deposit.

3. Desert varnish
Beberapa lagstone yang tipis, megkilat, berwarna hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh oksida besi dikenal desert varnish.

















Gambar. VI.3. Gneiss berasal dari Pegunungan Minto dengan komposisi mineral-mineral lempung ditambah mangan hitam yang teroksidasi.






















Gambar VI.4 Desert varnish di Australia.

A.2. Bentang Alam Hasil Prose Abrasi
Bentang alam hasil proses abrasi atau korasi antara lain:
1. Ventifact
Beberapa sisa batuan berukuran bongkah – berangkal yang dihasilkan oleh abrasi angin yang mengandung pasir akan membentuk einkanter (single edge) atau dreikanter (three edge). Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai kedudukan tetap dengan arah angin yang tetap/konstan. Dreikanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang posisinya overturned akibat pengrusakan pada bagian bawah dengan arah angin yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang berganti-ganti terhadap pebble yang mempunyai kedudukan tetap, sehingga membentuk bidang permukaan yang banyak.




























Gambar VI. 5. Macam – macam Ventifact.


2. Polish
Polish ini terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus, digosok oleh angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang mengandung silt (silt blast)yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya pada kwarsit akibat erosi secara abrasi akan lebih mengkilat.













Gambar VI.6. Gambaran batuan yang berbutir halus yang salah satu bagian sisinya telah dihaluskan oleh angin.

3. Grooves
Angin yang mengadung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan batuan membentuk suatu alur yang dikenal sebagai grooves. Pada daerah kering, alur yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan kenampakan yang sejajar dengan sisi sangat jelas.










Gambar VI. 7. Granodiorit berukuran berangkal yang mempunyai lungang angin. Angin dari arah seko

4. Sculpturing (Penghiasan)
Batu jamur (mushroom rock) yaitu batu yang tererosi oleh angin yang mengandung pasir sehingga bentuknya menyerupai jamur (mushroom).












Gambar. VI.8. Mushroom rock.
5. Yardang
Pada batuan yang halus, abrasi oleh angin secara efektif memotong sepanjang alur rekahan membentuk bentukan sisa yang berdiri memanjang yang disebut yardang. Kehadiran rekahan-rekahan mempunyai pengaruh penting pada orientasi beberapa yardang. Material yang halus tertransport sedangkan lapisan yang resisten membentuk perlapisan dengan material lain yang kurang kompak.










Gambar. VI.9 Proses terbentuknya Yardang.












Gambar VI.10. Yardang di Texas.

B. Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin
Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material yang terbawa oleh angin akan diendapkan. Bentang alam hasil proses pengendapan oleh angin ini dibedakan menjadi 2 yaitu: dune dan Loess
B.1. Dune
Dune adalah suatu timbunan pasir yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan. Berdasarkan ukurannya, hasil proses pengendapan material pasir, yaitu ripples, dunes dan megadunes
• Ripples lebar berukuran 5 cm - 2m dan tinggi 0,1 – 5 cm
• Dunes lebar 3 – 600 m dan tinggi 0,1 – 15 m
• Megadunes lebar 300 – 3 km dan tinggi 20 – 400 m





































Gambar VI.11. (a) Ripples, (b) Dunes dan (c) Megadunes
Tipe-tipe dune ini menurut Hace (1941, dalam Thornbury, 1964) digolongkan menjadi 3, yaitu:
a. Transversal Dune
Transversal dune merupakan punggungan-punggungan pasir yang berbentuk memanjang tegak lurus dengan arah angin yang dominan. Bentuk ini tidak dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan.










Gambar VI.12. Transversal Dune di Namibia.

b. Parabolic Dune
Parabolic dune merupakan dune yang berbentuk sekop/sendok atau berbentuk parabola. Bentuk ini dipengaruhi oleh adanya tumbuh-tumbuhan.








Gambar VI.13. Sketsa Parabolic Dunes.
c. Longitudinal Dune
Longitudinal dune merupakan punggungan-pungungan pasir yang terbentuk memanjang sejajar dengan arah angin yang dominan. Material pasir diangkut secara cepat oleh angin yang relatif tetap











Gambar. VI.14. Sketsa Longitudinal Dune.













Gambar. VI.15 Longitudinal Dune di Mesir.

Klasifikasi menurut Emmon’s (1960) bentuk-bentuk dune dapat bermacam-macam, tergantung pada banyaknya pertambahan pasir, pengendapan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang menghalangi dan juga arah angin yang tetap. Berdasrkan hal-hal tersebut, maka tipe-tipe dune digolongkan menjadi :
1. Lee dune (Sand Drift)
Lee dune/sand drift adalah dune yang berkembang memanjang, merupakan punggungan pasir yang sempit, berada di belakang batuan atau tumbuh-tumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan tetap, tetapi dengan adanya penambahan jumlah pasir yang banyak maka dapat juga menjadi jenis dune yang bergerak dari ujung sand drft.











Gambar VI.16. Sand Drift di Navajo Reservation.

2. Longitudinal dune
Longitudinal dune mempunyai arah memanjang searah dengan arah angin yang efektif dan dominan. Terbentuk karena angin tertahan oleh rumput atau pohon-pohon kecil. Kadang-kadang berbentuk seperti lereng dari suatu lembah.




3. Barchan
Barchan terbentuk pada daerah yang terbuka, tak dibatasi oleh topografi/tumbuh-tumbuhan dimana arah angin selalu tetap dan penambahan pasir terbatas dan berada di atas batuan dasar yang padat. Barchan ini berbentuk koma dengan lereng yang landai pada bagian luar, serta mempunyai puncak dan sayap.









Gambar VI.17. Barchan.
4. Seif
Seif adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan salah satu lengannya jauh lebih panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan yang panjang. Misalnya di Arabian Sword, seif berasosiasi dengan barchan dan berkebalikan antara barchan menjadi seif. Perubahan yang lain misalnya dari seif menjadi lee dune.








Gambar VI.18 Seif Dune di Saudi Arabia.
5. Transversal dune
Transversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak dan kering, angin bertiup secara tetap misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang banyak itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau deretan punggungan yang melintang terhadap arah angin.
6. Complex dune
Complex dune terbentuk pada daerah dengan air berubah-ubah, pasir dan vegetasi agak banyak. Barchan, seif dan transversal dune yang berada setempat-tempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi saling overlap sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan akan mempunyai lereng yang bermacan-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex dune. Menurut Emmons (1960, dalam Thornbury, 1969), dune ini biasanya mempunyai ketinggian antara 6 – 20 m, tetapi beberapa dune dapat mencapai ketinggian beberapa puluh meter. Sedangkan kecepatan bergerak atau berpindahnya berbeda-beda tergantung pada kondisi daerahnya. Biasanya tidak lebih dari beberapa meter per tahun, tetapi ada juga yang sampai 30 m per tahun.











Gambar VI.19. Complex Dune.
B.2. Loess
Daerah yang luas tertutup material-material halus dan lepas disebut Loess. Beberapa endapan loess yang dijumpai di Cina barat mempunyai ketebalan sampai beberapa ratus meter. Sedangkan di tempat lain kebanyakan endapan loess tesebut hanya mencapai beberapa meter saja. Beberapa endapan loess menutupi daerah yang sangat subur. Penyelidikan secara mikroskopis memperlihatkan bahwa loess berkomposisi partikel-partikel angular dengan diameter kurang dari 0,5 mm terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende dan mika. Kebanyakan butiran-butiran tersebut dalam keadaan segar atau baru terkena pelapukan sedikit. Kenampakan itu menunjukkan bahwa loess tersebut merupakan hasil endapan dari debu dan lanau yang diangkut dan diendapkan oleh angin.

























Gambar. VI.20. Macam – macam Loess.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Gambarnya kok gg muncul ya ? :(

Anonim mengatakan...

Sangat membantu

Unknown mengatakan...

Sangat bermanfaat dan juga membantu

Unknown mengatakan...

Buka lewat hp, trus gambarnya ga keluar. :(