Senin, 19 Oktober 2009

phylum arthropoda

Phylum Arthropoda
A. Pengertian Phylum Arthropoda
Arthropoda dari bahasa Latin di ambil dari kata Arthron : ruas atau buku-buku dan Podos : kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang memiliki kaki beruas-ruas atau berbuku-buku.
Arthropoda mencakup golongan binatang tercirikan oleh kakinya yang beruas-ruas. Mulai muncul sejak Jaman Cambrian dan masih banyak anggotanya yang hidup pada masa kini, misalnya saja golongan ketam, udang galah (lobster), udang, insekta dan laba-laba. Jumlah spesies dan individu yang termasuk pada Phylum Arthropoda sangat besar, dengan ukuran yang besar seperti pada udang galah sampai dengan submikroskopik. Misalnya Ostrakoda.
Kelompok ini merupakan binatang yang berhasil menyesuaikan diri pada bermacam lingkungan air,darat maupun udara. Sebagian besar mempunyai tubuh dengan rangka luar yang tersusun oleh zat khitinan. Sedangkan pada masa sebagian lagi tersusun oleh kalsium karbonat. Walaupun jumlahnya banyak tapi terawetkan dalam bentuk fosil sangat sedikit. Pengawetan sangat sukar terjadi terutama bagi golongan yang hidup di darat. Beberapa fosil insekta yang bagus ditemukan pada getah yang mengeras (amber), namun jumlah fosil ini sangatlah sedikit. Dari sekian banyak anggota Arthropoda hanya ada tiga golongan yang banyak terawetkan dalam bentuk fosil, yaitu Trilobita, Ostraoda dan Belanus.
B. Ciri umum Phylum Arthropoda adalah :
- Bentuk elongate bersegmen
- Tubuh simetri bilateral
- Mulut dan anus terletak berlawanan
- Komposisi test biasanya khitin atau calcareous
- Ukuran tubuh dari submikroskopik (mm) sampai ratusan cm.
C. Macam Golongan Phylum Arthropoda yang banyak di jumpai :
1. Trilobita
Trilobita merupakan binatang yang temasuk ke dalam Subphylum Trilobitomorpha kelas Trilobita. Kelompok ini mencakup binatang laut yang muncul pada awal jaman Cambrian dengan diwakili beberapa genus utama, misalnya Olenellus berembang pesat selama jaman Cambrian dan Ordovician, mulai menyusul pada Silur dan akhirnya punah pada akhir Perm.

Gambar 1. Bagian-bagian cangkang Trilobita
Nama Trilobita berasal dari kenampakan binatang tersebut yang khas terdiri ari tiga bagian (three lobes) yaitu cephalon (kepala), thorax (dada atau perut) dan pygdium (ekor). Disamping itu kea rah samping tubuh Trilobita juga terbagi menjadi tiga bagian , yaitu bagian tengah (central/axial lobe) dan bagian pinggir kedua sisinya (lateral lobes). Tubuh dari bagian ini terbungkus dari rangka luar (exoskeleton) yang tersusun oleh senyawa khitinan. Ruas-ruas pada kerangkanya sedemikian lentur sehingga memungkinkan Trilobita menggulung dirinya menjadi berbentuk seperti bola. Sebagaimana dengan arthropoda yang lain, pertumbuhan Trilobita dilakukan dengan jalan berganti rangka (molting). Seluruh kehidupannya dijalani di dasar laut sering membuat lubang dan melata ketempat lain dengan meninggalkan fosil jejak berupa burrow dan trail. Fosil Trilobita banyak ditemukan bersama dengan koral, crinoids, brachiopoda dan cephalopoda sehingga di tafsir mereka hidup baik di laut dangkal.

Gambar 2. Beberapa tipe trail dan tarck yang dibuat oleh seekor Trilobit.
Contoh fosil trilobite :


Gambar 3. Contoh Fosil Trilobita Berdasarkan Jaman Kehidupannya

2. Ostrakoda
Berbeda dengan Trilobita yang berukuran makroskopis, Ostrakoda merupakan binatang air (aquatic animal) yang berukuran kecil berbentuk seperti kacang tanah. Termasuk ke dalam golongan udang (Subphylum Crustacae) dan kelas Ostrakoda, dengan ukurancangkang (yangdisebut carapace) berkisar antara 0,5 hingga 4 mm. Carapace sendiri merupakan cangkang yang terdiri dari dua bagian, tersusun oleh khittin dan kalsium karbonat, yang bertaut pada bagian dorsalnya. Cangkang ini membungkus tubuh yang beruas-beruas yang memiliki tujuh pasang appendages. Pada dinding terdapat hiasan yang pola dan bentuknya sangat penting untuk identitas spesies Ostrakoda tersebut.

Gambar 4. Fosil Ostrakoda dari Kurun Kenozoik
Ostrakoda muncul pada awal Jaman Ordovician, berkembang pesat pada jaman Kapur dan Jaman Tersier dan sampai masakini (Holosen) masih umum di jumpai baik di laut, air payau, maupun air tawar. Hidup di dasar perairan dan mampu bergerak (vagile) ke daerah sekitarnya dengan jalan merayap maupun berenang.
Fosil Ostrakoda merupakan sarana korelasi stratigrafis yang sangat penting. Karena ukurannya yang kecil maka mereka mudah dijumpai pada contoh-contoh yang berasal dari lubang bor. Untuk batuan berumur Paleozoik dimana mikrofosil lain belum ditemukan maka peranan Ostrakoda sebagai sarana biostratigrafi sangatlah besar.

3. Balanus
Seperti halnya Ostrakoda, Balanus merupakan anggota dan Subphylum Crustacea kelas Cirripeda. Kelompok binatang laut ini dalam bentuk dewasa membentuk cangkang yang sama sekali tidak mirip udang,tetapi berupa cangkang berbentuk tajuk bunga, terdiri dari lempeng-lempeng kalsium karbonat. Binatang ini dalam bentuk dewasa hidup tertambat kuat pada batuan yang keras, cangkang dari Intervetrebrata lain. Balanus pada masa kini banyak dijumpai ditepi laut pada zona litoral (zona pasang surut), melekat pada dinding atau tiang dermaga dipelabuhan, bahkan menempel pada lambung kapal.
Dari studi anatomi dan perkembangan dari larva ke bentuk dewasa dapat diketahui bahwa Balanus merupakan anggota dari golongan Crustacea. Setelah menetas dari telur larvanya (yang disebut sebagai Cypris) menjalani kehidupan bebas (plagis neanic) bergerak dengan jalan berenang. Selama itu terjadi terjadi pergantian kulit sekali sampai tiga kali, baru terjadi perubahan, dimana larva tersebut membentuk cangkang setangkup seperti Ostrakoda dan mencari tempat untuk bertambat. Pertambatan ini terjadi pada bagian kepala selanjutnya cangkang yang setangkup dilepas dan selanjutnya ditumbuhkan lempeng-lempeng yaitu lempeng dasar yang dilekatkan secara kuat ke batuan atau tempat penambat yang lain dan lempeng samping yang bersifat tetap dan kaku tak bisa bergerak. Lempeng-lempeng ini berfungsi sebagai pelindung binatang tersebut dalam posisinya yang tertambat. Didalam lempeng yang kaku tersebut terdapat lempeng-lempeng yang bisa digerakkan oleh jaringan-jaringan otot yang melindungi tubuh.
Balanus mendapatkan makanannya dari aliran air yang diatur oleh juluran-juluran tubuhnya (appendages) sehingga memasuki mulut dan kemudian dicernakan oleh system pencernaannya. Oleh karena sifatnya yang tertambat (sessile benthonic), maka agar pasokan makanan dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup, mereka memilih tempat yang arusnya relative kuat, yaitu daerah perairan yang sangat dangkal, sampai dengan daerah pasang surut. Pada saat ia berada di bawah permukaan air pada saat air pasang, lempeng yang bisa bergerak dibuka dan aliran air yang membawa makanannya diatur agar masuk ke mulutnya. Pada saat air surut dan binatang itu berada di atas permukaan air, maka lempeng yang dapat bergerak tersebut ditutup rapat-rapat dengan sejumlah air laut yang terperangkap agar tubuh tidak menjadi kering. Setelah air pasang, lempeng tersebut dibuka kembali.
Fosil Balanus, misalnya saja dari spesies Balanus Concavus, yang banyak dijumpai ada batuan sedimen berumur Tersier umumnya berbentuk kerucut terpancung. Kerucut ini disusun oleh 6 lempeng yang saling berhimpitan dan tidak dapat bergerak. Adanya fosil alanus dalam jumlah banyak pada batuan sedimen menunjukkan bahwa batuan sedimen tersebut pada laut yang sangat dangkal, banhkan hingga zona pasang surut. Hal ini dapat terjadi pada masa regresi atau awal masa transgresi. Namun yang banyak dijumpai adalah yang merupakan awal transgresi, karena yang terbentuk pada akhir regresi umumnya hancur atau hilang akibat erosi yang mengikuti regresi tersebut. Sedangkan apabila erosi tidak terlalu kuat batuan yang kaya akan Balanus terebut yang merupakan batuan gamping akan mengalami proses pelarutan sehingga akan terbentuk struktur karst.
Gambar daur hidup Balanus :

Gambar 5. Daur Hidup Perkembangan Ontogenik dan Struktur Balanus
Keterangan :
A. Larva Balanus setelah menetas dari telur (disebut cypris), bentuknya seperti larva Crustacea yang lain, hidup bebas (pelagic neanic). Selama tahap ini terjadi perubahan kulit (bisa sampai 3 kali).
B. Larva membentuk cangkang setangkup.
C. Larva mulai menambatkan diri pada bagian kepalanya.
D. Tahap awal dewasa, cangkang setangkup dibuang, diganti dengan pembentukan lempeng-lempeng yang melekat kuat di dasar.
E. Pandangan samping dari cangkang Balanus
F. Penampang melintang dari cangkang Balanus menunjukkan tubuh yang berada diantara lempeng kaku dan ditutupi oleh lempeng yang bergerak oleh otot. Juluran yang melengkung (appandages ) di bagian atas mengatur gerakan air sehingga makanan bisa diarahkan ke mulut (simbol m) melewati sistem pencernaan dan akhirnya sisanya dibuang melewati anus.
( Ir. Wartono Ranardjo.dkk, 2001)





















DAFTAR PUSTAKA

Budi,Anantha.2009. Slide Praktikum Makropaleontologi : Phylum Arthropoda. Semarang : Undip
Ranardjo, Wartono, Ir. dkk.2000.Buku Pedoman Praktikum Paleontologi Tahun Kuliah 2000/2001. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Winarno, Tri. S.T. 2008. Slide Power Point Makropaleontologi : Phylum Arthropoda. Semarang : Undip.

Tidak ada komentar: