Fasies Model adalah pencocokan parameter fasies purba yang belum diketahui dengan parameter fasies modern yang sudah diketahui sehingga akan didapatkan lingkungan pengendapannya juga. Pendekatan model fasies adalah usaha penghubungan penyelidikan lingkungan pengendapan modern dengan lingkungan purba ke dalam satu sintesis. Secara garis besar fasies model adalah perbandingan antara lingkungan pengendapan modern dan lingkungan pengendapan purba serta berusaha untuk mengetahui proses yang mengontrol perubahan fasies dan geometrinya. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fasies model adalah studi lingkungan pengendapan purba yang didasarkan pada keadaan lingkungan modernnya, sehingga jelas bahwa lingkungan yang terbentuk saat ini terjadi pula pada keadaan masa lalu, atau merupakan prinsip dari uniformitarianisme yang menyebutkan “the present is the key to the past”.
Suatu model fasies dapat digambarkan sebagai suatu pandangan umum dari suatu sistem pengendapan yang terdiri dari beberapa contoh individual dari sedimen saat ini (recent sediment) dan sedimen lampau (ancient sediment).
Model fasies secara umum dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu model fasies terrigenous clastic serta model fasies karbonat dan evaporit. Model fasies terrigenous clastic dapat dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan endapannya yaitu: sistem pengendapan eolian, glacial, vulkanik, kipas aluvial, fluvial, delta, estuarin dan lagun, tidal, turbidit, serta kipas bawah laut. Sedangkan model fasies karbonat dan evaporit disubkelompokan menjadi shallow platform carbonates, pertidal carbonates, reefs, mound dan evaporit.
Menurut Walker, dkk (1992), fasies model harus dapat diterapkan pada beberapa tempat oleh karena itu harus mempunyai fungsi serta kriteria yang jelas mengenai fasies model itu sendiri. Kegunaan fasies model terbagi menjadi 4 kegunaan yang utama, antara lain:
1. Fasies model harus bersifat normal, hal ini berguna sebagai perbandingan.
2. Fasies model harus bisa bersifat sebagai kerangka dasar sehingga bisa difungsikan sebagai petunjuk untuk penelitian lebih lanjut.
3. Fasies model harus bisa bersifat sebagai prediksi untuk lingkungan geologi tertentu.
4. Fasies model harus merupakan integrasi data dasar untuk berbagai interpretasi.
Model harus bersifat normal sebagai pembanding karena tanpa adanya karakter normal akan sulit untuk menentukan apakah lingkungan pengendapan sama atau berbeda dengan model fasies yang sudah ada. Jika ditemukan banyak kesamaan maka dapat disimpulkan bahwa fasies ini tidak jauh beda, tetapi jika ternyata lingkungan pengendapan dengan segala karakternya berbeda dengan model yang sudah ada maka akan terjadi interpretasi mengenai lingkungan ini, mungkin bisa akan memunculkan model fasies baru. Kenyataannya bahwa lingkungan pengendapan tertentu akan memberikan fasies yang khusus pula.
Model harus bisa sebagai kerangka dasar dan bisa digunakan sebagai penanda pada penyidikan lebih lanjut. Suatu model yang sudah ada merupakan acuan dasar terhadap pengenalan awal sebuah karakteristik fasies. Para ahli geologi akan dengan sedikit mudah menentukan model yang sesuai jika terdapat contoh yang sama ataupun hampir sama.
Fasies model bisa berfungsi sebagai prediksi dari lingkungan secara keseluruhan. Misalkan telah ditemukan fasies dengan model tertentu maka akan diperoleh prediksi-prediksi awal guna mengetahui karakter fasies secara keseluruhan hingga ke arah lingkungan pengendapan secara detail dan menyeluruh. Tanpa adanya model itu maka prediksi akan terlalu jauh sehingga kurang memenuhi aspek kebenaran.
Fasies juga harus berupa integrasi dari berbagai macam data dan interpretasi pendukung yang kuat. Pengaruh dukungan data yang banyak serta pendekatan dengan percobaan di lapangan maupun di laboratorium akan banyak membantu kekuatan interpretasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar