BENTANG ALAM FLUVIAL
III.1. Proses Fluviatil
Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan proses fluviatil. Sebelum lebih jauh membahas tentang bentang alam fluviatil lebih dahulu dibahas pengertian tentang proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam, baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. Di sini yang dominan adalah air yang mengalir secara terpadu/terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water)
Tetapi alur-alur ada di lereng bukit atau gunung dan terisi air bila terjadi hujan bukan termasuk bagian dari bentang alam fluviatil, karena alur-alur tersebut berisi air sesaat setelah terjadinya hujan (ephemeral stream).
Sebagaimana dengan proses geomorfik yang lain, proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.
Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat / lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak sungai.
Macam-macam proses fluvial
Proses fluviatil dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:
1. Proses erosi
Menurut Sukmana, 1979, proses erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Sedangkan Arsyad, 1982, mendefinisikan proses erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atu bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.
Menurut Holy,1980, berdasarkan agen penyebabnya, agen penyebab erosi dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi oleh angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini, agen penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Sungai dapat mengerosi batuan sediment yang dilaluinya, memotong lembah, memperdalam dan memperlebar sungai dengan cara-cara :
1. Quarrying, yaitu pendongkelan batu yang dilaluinya.
2. Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
3. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope.
4. Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
5. Hydraulic action, kemampuan air mengangkat dan memindahkan batuan atau material-material sediment dengan gerakan memutar sehingga batuan pecah dan kehilangan fragmen.
6. Solution, solution dalam proses erosi berjalan lambat, tetapi efektif dalam pelapukan dan erosi
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi:
a. Erosi ke arah hulu (head ward erotion) adalah erosi yang terjadi pada ujung bagian hulu sungai.
b. Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu pada sungai dan menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
c. Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada daerah tengah sungai yang menyebabkan bertambah lebar dan panjang sungai.
Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak lagi mampu mengerosi lagi ( erotion base level). Erotion base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang base level-nya berupa laut dan temporary base level yang base level-nya lokal seperti danau, rawa, dll.
Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.
Sifat-sifat erosi :
1. Intensitasnya sebanding dengan aliran sungai.
2. Makin banyak bercampur dengan material lain maka erosi makin efektif.
3. Selalu menuju ke ultimate base level.
2. Proses Transportasi
Proses transportasi adalah proses perpindahan/pengangkutan material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu:
a. traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
c. Saltasi, yaitu material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai
d. Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan memben-tuk larutan kimia.
Dalam membahas transportasi sungai dikenal terminologi stream capacity yaitu jumlah beban maksimum yang mampu diangkut oleh aliran sungai, dan stream competence yaitu ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.
3. Proses Sedimentasi
Adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang di bawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar.
Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan pun semakin halus.
III.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Erosi dan Sedimentasi
a. Kecepatan Aliran Sungai
Kecepatan aliran sungai maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai membelok maka kecepatan maksimal ada paad daerah cut off slope (terjadi erosi) karena gaya sentrifugal. Pengendapan terjadi bila kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
b. Gradien / kemiringan lereng sungai
Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya curam ke dataran yang lebih rendah maka kecepatan air berkurang dan tiba –tiba hilang sehingga menyebabkan pengendapan pada dasar sungai. Bila kemudian ada lereng yang terjal lagi, kecepatan akan meningkat sehingga terjadi erosi yang menyebabkan pendalaman lembah.
c. Bentuk alur sungai
Aliran air akan menggerus bagian tepi dan dasar sungai. Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat. Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasarnya tidak kasar, aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal dan permukaan dasarnya tidak kasar, atau sempit, dalam tetapi permukaan dasarnya kasar, aliran airnya lambat.
d. Discharge
Merupakan volume air yang keluar dari suatu sungai. Proses erosi dan transportasi terjadi karena besarnya kecepatan aliran sungai dan discharge.
III.3. Pola Pengaliran (Drainage Pattern)
Bentuk-bentuk tubuh air disebut sebagai pengaliran (drainage) meliputi danau, laut, sungai, rawa dan sejenisnya. Melalui erosi dan penimbunan (deposisi) yang dilakukan oleh air yang mengalir secara terus menerus, maka dapat menyebabkan perubahan dan perkembangan dari tubuh air tersebut.
Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran (drainage pattern). Pola ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam variasi bergantung struktur batuan dan variasi lotologinya.
a. pola pengaliran rectangular
Adalah pola pengaliran di mana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah patahan yang bersistem teratur
b. pola pengaliran dendritik
Adalah pola pengaliran berbentuk seperti pohon dan cabang-cabangnya yang berarah tidak beraturan. Pola ini berkembang pada daerah dengan batuan yang resistensinya seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif, daerah lipatan, dan daerah metamorf yang kompleks
c. pola pengaliran sejajar/parallel
Adalah pola pengaliran yang arah alirannya sejajar. Pola ini berkembang pada daerah yang lerengnya mempunyai kemiringan nyata, dan batuan-nya bertekstur halus.
d. pola pengaliran trellis
adalah pola pengaliran yang berbentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar, sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Pola ini banyak dijumpai pada daerah patahan atau lipatan.
e. pola pengaliran radial
Adalah pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya menyebar ke segala arah dari uatu pusat. Umumnya berkembang pada daerah dengan struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan pada bukit-bukit yang berbentuk kerucut.
f. pola pengaliran annular
Adalah pola pengaliran di mana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar, sering dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa.
g. pola pengaliran multi basinal
Disebut juga sink hole, adalah pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilangyang disebut sebagai sungai bawah tanah, pola ini bekembang pada daerah karst atau batugamping
h. pola pengaliran contorted
adalah pola pengaliran yang arah alirannya berbalik dar arah semula, pola ini terdapat pada daerah patahan
III.4. Macam-macam Bentang Alam Fluviatil
Bentang alam fluviatil dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasar proses pembentukannya, antara lain:
1. sungai teranyam (braided stream)
Sungai teranyam terbentuk pada bagian hilir sungai yang mempunyai kemiringan datar atau hampir datar. Pembentukannya dikarenakan oleh erosi yang berlebihan pada daerah hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk gosong tengah (channel bar). Karena adanya gosong yang banyak dan berjajar (berderet), maka alirannya memberikan kesan teranyam
2. Bar deposit (endapan gosong)
Adalah endapan sungai yang terdapat pada bagian tepi atau tengah alur sungai. Endapan pada tengah alur disebut sebagai gosong tengah (channel bar) sedang endapan pada tepi disebut sebagai gosong tepi (point bar)
Sungai Kaligarang
Photo by : Fitriani I. P.
3. tanggul alam (natural levee)
Adalah tanggul yang terbentuk secara alamiah, hasil pengendapan luapan banjir dan terdapat pada tepi sungai sebelah menyebelah. Material pembentuk tenggul alam berasal dari material hasil transportasi sungai saat banjir dan diendapkan di luar saluran sehingga membentuk tanggul-tanggul sepanjang aliran
4. kipas alluvial (alluvial fan)
Adalah bentang alam alluvial yang terbentuk oleh onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan gawir. Biasanya tersusun oleh perselingan pasir dan lempung unconsolidated sehingga merupakan lapisan penyimpan air yang cukup baik.
5. delta
Adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level. Selanjutnya akan dibahas sendiri pada bab bentang alam pantai dan delta
III.5. Genesa Pembentukan lembah Sungai
Siklus lembah sungai dibagi menjadi tiga tingkatan (stadia) yaitu muda dewasa dan tua
A. stadia muda, dicirikan oleh:
- biasanya di daerah hulu
- sungai sangat aktif, erosi berlangsung cepat
- erosi vertikal lebih kuat daripada erosi lateral
- lembah sungai mempunyai profil berbentuk V
- gradien sungai curam, terdapat jeram dan air terjun
- anak sungai sedikit dan kecil
- aliran sungai deras (energi pengangkutan besar)
- bentuk sungai relatif lurus
B. stadia dewasa, ditandai oleh:
- kecepatan aliran mulai berkurang
- gradien sungai sedang, tidak terdapat jeram dan air terjun
- mulai terbentuk dataran banjir dan tanggul alam
- erosi lateral (ke samping) lebih kuat dari erosi vertikal
- mulai terbentuk meander sungai
- pada tingkat ini sungai mencapai kedalaman paling besar
C. stadia tua, ditandai oleh:
- kecepatan aliran semakin berkurang
- lebih banyak sedimentasi daripada erosi
- berkembang di daerah hilir
- banyak terbentuk sungai meander, danau tapal kuda dan tanggul alam
- terjadi pelebaran lembah walaupun sangat lembat
Meander Sungai
III.6. Bentang Alam Fluviatil dan Peta Topografi
Dalam peta topografi standar, sebagian dari bentang alam fluviatil tidak terekspresikan, terutama yang berukuran kecil misalnya gosong sungai dan tanggul alam, sebagian yang lain terekspresikan pada peta topografi misalnya kipas alluvial.
Pada peta topografi alur sungai tampak jelas oleh pola konturnya yang khas sepanjang alur sungai tersebut, yaitu ditandai oleh garis kontur yang meruncing ke arah hulu.
III.7. Aplikasi
Daerah-daerah yang termasuk bentang alam fluviatil merupakan daerah yang sangat potensial bagi kebutuhan hidup manusia. Daerah sekitar aliran sungai merupakan daerah yang sangat potensial untuk penambangan material bahan bangunan seperti pasir dan batu kali, selain itu airnya sangat vital untuk digunakan sebagai air minum, irigasi dan sebagainya. Selain potensi sesumber, daerah aliran sungai juga dapat menjadi sumber potensi bencana sepeti banjir dan tanah longsor.
Bagian-bagian sungai yang memungkinkan terjadinya proses sedimentasi adalah bagian sungai yang tingkat erosi lateralnya mulai berkurang dan intensitas pengendapannya bertambah karena berkurangnya energi transportasi, yaitu pada sungai dengan stadia dewasa-tua
Dalam penambangan material sungai harus mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:
b. Dipilih lokasi yang mudah untuk pengangkutan
c. Akumulasi bahan tambang yang relatif mudah diambil
d. Tidak merusak lingkungan sekitar (misalnya pondasi jembatan)
1 komentar:
, q minta bwt dasar teori lap fluvial ya..
makasih...
GENI
Posting Komentar